Allhamdulilah segala puji memang milik Mu Ya Robbana.
Yeaaaaahhhh akhirnya saya dapat berteman dengan Ibu Sidrotun Naim, M.Sc., Ph.D.
di jejaring sosial facebook, malah saya dapat komen dari beliau sungguh sangat senaaaaaaang hati ini.
Yessssss akhirnya.
Beliau merupakan seorang Ilmuwan yang sedang melakukan penelitian di:
Harvard Medical School
Sedikit biodata beliau:
Lahir: Sukoharjo, JawaTengah, 29 Mei 1979
Suami: Dedi Priadi
Anak: Elhurr Muthahari
Pendidikan:
SD Makam Haji Sukoharjo
SMP Negeri 9 Surakarta
SMA Negeri 3 Surakarta
Jurusan Biologi, Sekolah Ilmu Teknologi dan Hayati, Institut Teknologi Bandung.
Program Master Studi Kelautan, Universitas Queensland, Australia.
Program Master dan Doktor [Ph.D.] Ilmu Lingkungan, Universitas Arizona
Researcher at Harvard Medical School and
Faculty member/Founding Director, Center for Sustainable Aquaculture and Pathology Studies
(AquaPath) at Surya University, Indonesia.
Ibunda Sidrotun Naim melaksanakan investigasi pada udang dalam studi kedokteran di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Padahal, selazimnya studi itu dilaksanakan pada program studi biologi atau budidaya kelautan.
"Kenapa saya malah diterima di studi kedokteran, padahal yang saya teliti hanya udang?
Itu karena virus yang menginfeksi ternak udang memiliki anatomi sama dengan rotavirus yang menyebabkan 600.000 anak balita di dunia setiap tahun tewas dengan gejala diare," katanya.
Penelitian itu dilakukan Ibu Naim atas keprihatinannya terhadap produksi udang yang terus merosot selama empat tahun terakhir di Indonesia akibat serangan virus. Padahal, Indonesia pernah menjadi produsen udang terbesar keempat di dunia. Penelitian ini terbilang jarang dilakukan karena memakan waktu lama dan perlu ketelatenan. ia memperoleh dukungan dana penelitian dari berbagai sponsor.
Salah satunya L'Oreal-Unesco for Women in Science yang diperolehnya lewat proses seleksi ketat. Ibu Naim adalah salah satu dari 15 perempuan peneliti muda dunia yang memperoleh beasiswa 40.000 dollar AS dari internasional L'Oreal-Unesco for Women in Science, Paris, Perancis.
Namun, jumlah itu belum cukup untuk membiayai penelitiannya selama dua tahun karena syarat deposit pendidikan per tahun di Universitas Harvard sebesar 40.000 dollar AS.
"Saya pikir Harvard hanya ingin menguji mental mahasiswa, bukan karena lembaga ini mau mencari keuntungan. Beruntung ada beasiswa dari Fullbright dan perusahaan pengeboran minyak Schlumberger," ujarnya.
Ketertarikan Ibunda Naim meneliti infeksi virus pada udang bermula tahun 2006 saat terjadi serangan infectious myonecrosis virus (IMNV) pada udang vaname (penaeus vannamei) di Indonesia. Padahal, saat itu virus tersebut baru ditemukan pada ternak udang vaname di Brasil.
"Serangan virus IMNV itu menjadi pertanyaan saya sampai kini. Kenapa semula hanya di Brasil, kemudian muncul di Indonesia?" ujarnya.
Dari pertanyaan itu, ia mulai mengamati interaksi virus IMNV pada udang. Dari hasil pengamatannya sementara ini, rasio serangan IMNV menyebabkan 70 persen udang mati dan 30 persen hidup. Udang yang bertahan hidup akan diamati. Di sisi lain, IMNV memiliki anatomi yang sama dengan rotavirus, penyebab kematian anak balita dengan gejala diare terus-menerus.
Oleh karena itu, hasil investigasi ini akan berguna untuk memahami infeksi rotavirus pada anak balita. Itu pula sebabnya penelitiannya dijalani pada studi kedokteran di Harvard. Penelitian Ibu Naim akan melengkapi hasil penelitian sebelumnya tentang pengendalian penyakit white spot syindrome virus (WSSV) pada udang yang dialkukan di Universitas Arizona selama dua tahun terakhir.
Dari hasil penelitiannya di Universitas Arizona, Ibunda Naim menemukan infeksi WSSV pada udang dapat dikendalikan. Caranya, menerapkan sistem polikultur paa budidaya udang yang sudah diterapkan sebelumnya di salah satu lembaga penelitian di Jawa Timur. Ternak udang dipelihara dalam satu kolam bersama ikan nila, ditambah rumput laut untuk meningkatkan nilai ekonomi.
"Temuan ini hasil observasi saya dibantu pembimbing saya, Profesor Kevin Fitzsimmons, ahli ikan nila di Universitas Arizona," katanya.
Terima Kasih Ibu, Semoga Kami Semua dapat mengikuti jejak ibu.Dari pertanyaan itu, ia mulai mengamati interaksi virus IMNV pada udang. Dari hasil pengamatannya sementara ini, rasio serangan IMNV menyebabkan 70 persen udang mati dan 30 persen hidup. Udang yang bertahan hidup akan diamati. Di sisi lain, IMNV memiliki anatomi yang sama dengan rotavirus, penyebab kematian anak balita dengan gejala diare terus-menerus.
Oleh karena itu, hasil investigasi ini akan berguna untuk memahami infeksi rotavirus pada anak balita. Itu pula sebabnya penelitiannya dijalani pada studi kedokteran di Harvard. Penelitian Ibu Naim akan melengkapi hasil penelitian sebelumnya tentang pengendalian penyakit white spot syindrome virus (WSSV) pada udang yang dialkukan di Universitas Arizona selama dua tahun terakhir.
Dari hasil penelitiannya di Universitas Arizona, Ibunda Naim menemukan infeksi WSSV pada udang dapat dikendalikan. Caranya, menerapkan sistem polikultur paa budidaya udang yang sudah diterapkan sebelumnya di salah satu lembaga penelitian di Jawa Timur. Ternak udang dipelihara dalam satu kolam bersama ikan nila, ditambah rumput laut untuk meningkatkan nilai ekonomi.
"Temuan ini hasil observasi saya dibantu pembimbing saya, Profesor Kevin Fitzsimmons, ahli ikan nila di Universitas Arizona," katanya.
Amin.
Allhamdulilah.