Info Jatim Official Website | Blogger Members area : Register | Sign in

Tahukah Kamu

Tampilkan postingan dengan label Olahraga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Olahraga. Tampilkan semua postingan

Pertandingan Persebaya Surabaya Vs Rans Nusantara FC Digelar di Gelora Delta Sidoarjo, Ini Alasannya

Rabu, 07 September 2022

Direktur PT Persebaya Indonesia, Candra Wahyudi saat di Pendopo Delta Wibawa, Sidoarjo / Foto: Yunus

Sidoarjo - Persebaya Surabaya terusir sementara dari Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya pada pertandingan pekan ke sembilan BRI Liga 1 musim 2022/2023.

Bajul Ijo, julukan Persebaya Surabaya, sementara akan bermarkas di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo saat menjamu Rans Nusantara FC pada Kamis (15/9/2022) mendatang.

Direktur PT Persebaya Indonesia, Candra Wahyudi, mengatakan bahwa Persebaya Surabaya terancam angkat koper dari Surabaya dikarenakan mengalah dengan Timnas Indonesia.

“Sebenarnya Persebaya Surabaya bermain di Stadion Gelora Bung Tomo, cuma pada tanggal itu, tidak bisa dipakai karena ada kualifikasi Piala AFC U-20 2023. Sehingga, kami berkomunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk bisa memainkan pertandingan melawan Rans Nusantara FC itu di Gelora Delta Sidoarjo,” ujar Candra kepada sidoarjonews.id, Rabu, (7/9/2022).

Selain itu, kualifikasi Piala AFC U-20 2023 akan digelar pada tanggal 14 hingga 18 September 2022. GBT akan menjadi venue untuk pertandingan Grup F yang diisi oleh Timnas Indonesia U-19, Vietnam, Hongkong, dan Timor Leste.

“Kebetulan cuma satu pertandingan saja ketika melawan Rans Nusantara FC, karena GBT tidak bisa dipakai mulai tanggal 14 hingga 18 September 2022,” ujar Candra.

Pria mantan Manager Persebaya Surabaya tersebut juga mengaku sudah menjalin komunikasi dengan Bupati Sidoarjo.

“Kami tadi berkomunikasi dengan Pak Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali atau Gus Muhdlor, dan alhamdulillah Gus Muhdlor sangat mendukung rencana tersebut. Beliau welcome, memberi kesempatan bagi Persebaya Surabaya untuk bermain di Gelora Delta Sidoarjo,” ujar Candra.

Candra Wahyudi menambahkan, bahwa komunikasi tidak hanya dengan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, namun juga dengan kepolisian sebagai penanggung jawab keamanan.

“Tinggal nanti kita berkomunikasi dengan jajaran kepolisian, mudah-mudahan bisa terlaksana pertandingan melawan Rans Nusantara FC di Gelora Delta, Sidoarjo mendatang,” ujar Candra.

Sekadar informasi, Persebaya Surabaya terakhir bermain di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya pada Jum’at (2/9/2022). Bajol ijo saat itu bertanding melawan Bali United dan berakhir dengan skor 0-1 atas kemenangan Bali United.

Selain itu, kini Persebaya Surabaya menempati klasemen sementara di posisi ke sembilan dengan raihan 10 point. (Yunus, sidoarjonews.id)

Rekor Baru Hasil Pertandingan Sepakbola 41-0 Tercipta di Inggris

Selasa, 09 November 2010


Anda mungkin tak pernah membayangkan skor atau hasil akhir pertandingan sepak bola seperti ini. Faktanya, inilah rekor dunia baru sebuah hasil pertandingan dalam ajang sepak bola.
Kesebelasan putri Keynsham Town Ladies Resereves melumat lawannya Somerton & Langport Ladies dengan angka yang nyaris tak bisa dipercaya dengan akal sehat, yakni 41-0 pada Ahad (7/11) di Inggris. Sungguh ini merupakan skor yang gila-gilaan dalam ajang sepak bola, apa pun tingkatannya.

Sebelumnya rekor dunia skor sepak bola tercatat di tahun 1885, yaitu 36-0. Skor ini diperoleh dalam laga tim putra memperebutkan Piala Skotlandia.

Dalam pertandingan sepak bola putri kemarin, penyerang Key nsham, Chloe Rogers, menyarangkan 11 bola ke gawang lawan. Mungkin ini juga rekor dunia tersendiri: seorang pemain bola mencetak 11 gol dalam sebuah laga. Kiper Keynsham pun menyumbangkan satu gol melalui titik penalti.

Pertandingan dua tim putri dalam sepak bola semiprofesional di Inggris memang diprediksi akan menjadi dominasi Keysham. Namun, skor akhir 41 gol tanpa balas, sebelumnya tak pernah dibayangkan siapa pun.

Pimpinan Keynsham, Graham Rogers, tetap tak merasa pongah atas hasil yang dicapai timnya. "Somerton sebenarnya lawan yang cukup kuat. Mereka memiliki lapangan yang lebih lebar dibanding kami," tuturnya, Ahad (7/11).

Selain teknik dan strategi, Keynsham memiliki pemain yang lebih muda. Menurut Rogers, lawan sangat terlihat kelelahan setelah Keynsham menerapkan strategi permainan lewat sayap lapangan.

Keynsham juga pernah mencatat skor bagus 23-0 pada laga tandang di Langport. Dalam lima kali laga terakhir yang dilakoni, Keynsham mencetak skor fantastis, 84 gol tanpa kebobolan.


sumber :http://dunia-panas.blogspot.com/2010/11/rekor-baru-hasil-pertandingan-sepakbola.html

Inilah Sejarah Singkat Max Biaggi

Minggu, 31 Oktober 2010

Massimiliano "Max" Biaggi adalah pembalap motor Italia dan juara dunia World Superbike Championship 2010. Sepanjang karir balapnya, ia telah memenangkan Kejuaraan Dunia 250cc empat kali, dan runner-up baik di 500cc maupun MotoGP. Pada tahun 2007 ia pindah ke World Superbike Championship, finish ketiga secara keseluruhan sebagai pemula dan memperoleh gelar juara dunia World Superbike Championship pertamanya pada tahun 2010.
Dia dijuluki 'il Corsaro' ('Sang Corsair') dan 'The Roman Emperor' ('Kaisar Romawi').

Karir
125cc
Sewaktu kecil Biaggi lebih tertarik pada sepak bola. Namun pada 1989, setelah ia diberi sepeda motor untuk ulang tahunnya yang ketujuh belas, ia langsung memulai karir balap di kelas 125cc pada usia delapan belas tahun. Pada tahun 1990 ia memenangkan Kejuaraan Italian Sport Production Championship. Setelah sukses di 125cc, Biaggi pindah ke kelas 250cc.



250cc
Pada tahun 1991, Biaggi menjadi juara Eropa dengan motor Aprilia RS250, dan pada tahun yang sama ia finish kedua puluh tujuh pada kelas 250cc untuk pabrikan yang sama. Pada tahun 1992, Biaggi menyelesaikan seluruh musim pertamanya di Grand Prix 250cc untuk Aprilia, dan finish di posisi kelima secara keseluruhan. Di musim tersebut ia memenangkan race pertama di Kyalami, Afrika Selatan. Musim berikutnya, Biaggi bergabung dengan Honda, dan finish di urutan keempat dalam klasemen kejuaraan, termasuk kemenangan tunggal di Barcelona. Pada tahun 1994 ia kembali ke Aprilia dan mendominasi kejuaraan Grand Prix 250cc dengan memenangkan tiga gelar berturut-turut pada tahun 1994, 1995 dan 1996. Pada tahun 1997, Biaggi kembali lagi ke Honda untuk tim ERV Kanemoto, dan memenangkan gelar keempatnya berturut-turut. Setelah itu, ia pindah ke kelas 500cc.




500cc
Biaggi membuat awal yang mengesankan dalam debut 500cc nya, merebut pole position, menciptakan fastest lap dan memenangkan balapan pertamanya di Suzuka pada 1998 untuk tim Kanemoto Honda. Dia juga menang di Republik Ceko dan menyelesaikan seluruh musim sebagai runner-up di belakang Mick Doohan yang legendaris. Biaggi kemudian bergabung dengan Yamaha untuk berperang melawan Honda yang tampil dominan. Dia finish keempat pada tahun 1999, ketiga pada tahun 2000, dan kedua pada tahun 2001.



MotoGP
Pada tahun 2002, Biaggi mengendarai motor 4 langkah untuk pertama kalinya. Ia menang di Brno (Republik Ceko) dan Sepang (Malaysia) untuk meraih posisi runner-up di belakang saingannya, Valentino Rossi.



Pada tahun 2003, Biaggi finish ketiga di klasemen MotoGP setelah bergabung kembali di tim Honda Camel Pramac Pons. Diharapkan bahwa Biaggi akan menjadi salah satu kandidat utama untuk gelar juara dunia pada tahun 2004, tetapi kecelakaan di Estoril membuat harapan itu memudar. Pada akhir musim MotoGP 2004 Biaggi menyelesaikan kejuaraan di tempat ketiga, di belakang Sete Gibernau dan juara dunia, Rossi.


Biaggi memulai musim 2005 sebagai pembalap pabrikan resmi Honda, bergabung dengan pembalap Amerika Nicky Hayden di tim Repsol Honda dengan direktur teknik ERV Kanemoto. Diharapkan kelanjutan kerjasama dengan Kanemoto dan dukungan penuh dari Honda akan membuat Biaggi sebagai salah satu pesaing utama pada tahun 2005. Namun, karena Honda ternyata lebih mendukung rekan Biaggi, Hayden, Biaggi menyelesaikan musim hanya di urutan kelima.


Biaggi kehilangan posisinya untuk musim 2006, tempatnya diisi oleh juara 250cc, Dani Pedrosa. Dia bernegosiasi dengan Honda, Kawasaki, dan Suzuki, tetapi tetap tidak mencapai kesepakatan kontrak bahkan dengan dukungan dari Camel, sponsornya. Pada tanggal 10 Januari 2006, Biaggi memposting di situsnya bahwa dia tidak akan ambil bagian dalam MotoGP musim 2006.


World Superbike Championship
Biaggi berusaha untuk mencapai kesepakatan agar bisa membalap di World Superbike Championship (WSBK) untuk tim Corona Alstare Suzuki pada tahun 2006, tetapi tim tidak bisa menerimanya karena masih mempertahankan pengendara yang lama, juara 2005 Troy Corser dan Yukio Kagayama. Akibatnya, ia mengambil cuti panjang, tetapi pada tanggal 14 September 2006, Biaggi mengumumkan ia telah menandatangani kontrak untuk menggantikan Troy Corser.


Biaggi memulai musim dengan memenangkan lomba pertama di Losail International Circuit di Qatar dan finish kedua di race dua. Max Biaggi menjadi salah satu dari lima orang yang memenangkan race pertama mereka di WSBK, dan satu-satunya pembalap yang pernah memenangkan balapan pertamanya di Superbike dan GP 500cc. Dia kemudian finish 3 dan 4 di Phillip Island, Australia.


Max Biaggi akhirnya menempati posisi ketiga klasemen, di belakang Juara Dunia James Toseland dan rider Yamaha Noriyuki Haga. Pada akhir musim, Francis Batta, Direktur tim Alstare Suzuki Racing, terpaksa melepas Biaggi, karena hilangnya sponsor utama Corona Extra. Selain itu, Suzuki memutuskan untuk menarik tim pabrikan dari WSBK untuk tahun 2008, dan fokus pada kejuaraan MotoGP.

Pada 2008 Biaggi bergabung dengan tim privateer Sterilgarda / GoEleven, bekerja sama dengan Ruben Xaus. Tujuh podium mengantarnya pada posisi tujuh klasemen, tiga tempat di depan Xaus dan satu tempat di depan pembalap Ducati Michel Fabrizio.


Pada 2009 ia bergabung kembali dengan tim pabrikan Aprilia. Dia naik podium di dua race di Qatar, dan terus mencetak poin sebelum mengambil kemenangan pertamanya di Brno, setelah pemimpin balapan Fabrizio dan Ben Spies bertabrakan. Dia finish kedua di belakang Spies dalam race 2, dan menyelesaikan musim secara keseluruhan di posisi 4.


Biaggi tetap bersama Aprilia untuk tahun 2010, juara ganda di Monza mengantarnya naik ke posisi dua dalam klasemen. Kemenangan ganda lainnya di Amerika Serikat memberinya tempat pertama dalam klasemen, setelah sebelumnya pemimpin klasemen Leon Haslam gagal untuk menyelesaikan perlombaan.


Pada bulan Agustus 2010, Biaggi menandatangani perpanjangan dua tahun kontrak bersama Aprilia.
Pada tahun 2010, Biaggi menjadi pembalap Aprilia dan Italia yang pertama memenangkan Kejuaraan Dunia di World Superbike Championship.




Kehidupan pribadi
Biaggi dikenal dengan julukan “The Roman Emperor” juga “Mad Max” dan terkenal karena hubungan yang sulit dengan pers, personel tim dan pengendara lain.

Sepanjang karirnya, Biaggi terkenal karena persaingan panas dengan rekan senegaranya Valentino Rossi. persaingan ini ditampilkan dalam film dokumenter 2003 tentang balap sepeda motor yang berjudul “faster”, di mana Biaggi dan Rossi muncul.


Pada tahun 1997, ia dikabarkan berkencan dengan supermodel Naomi Campbell. Hal ini menuntun pada penghinaan yang dilakukan oleh Rossi. Pada salah satu perayaan kemenangannya, Rossi membonceng boneka wanita pirang yang mengenakan jersey bola dengan nama Claudia Schiffer di belakangnya untuk mengolok-olok hubungan Biaggi. Pada GP Spanyol 2001, kedua pembalap tersebut baku hantam sesaat sebelum naik podium. Ada upaya untuk menutupi kejadian tersebut dari pers tetapi segera terungkap.


Pada tahun 2006 ia menguji mobil F1 untuk tim Midland F1 di sirkuit Silverstone. Dia menempuh jarak yang setara dengan race normal F1 tanpa masalah, sementara Valentino kehilangan kontrol dua kali ketika menguji mobil Ferrari F1 pada tahun yang sama. Biaggi pun berkomentar, "Akhirnya ada sesuatu yang bisa saya lakukan lebih baik daripada dia (Rossi)."


Biaggi sekarang bertunangan dengan Miss Italia 2002 Eleonora Pedron, mereka dikaruniai seorang putri.




Career Highlights
1992 5th - 250cc Grand Prix World Championship
1993 4th - 250cc Grand Prix World Championship
1994 1st - 250cc Grand Prix World Championship
1995 1st - 250cc Grand Prix World Championship
1996 1st - 250cc Grand Prix World Championship
1997 1st - 250cc Grand Prix World Championship
1998 2nd - 500cc Grand Prix World Championship
1999 4th - 500cc Grand Prix World Championship
2000 3rd - 500cc Grand Prix World Championship
2001 2nd - 500cc Grand Prix World Championship
2002 2nd - MotoGP World Championship
2003 3rd - MotoGP World Championship
2004 3rd - MotoGP World Championship
2005 5th - MotoGP World Championship
2006 N/A
2007 3rd - World Superbike Championship
2008 7th - World Superbike Championship
2009 4th - World Superbike Championship
2010 1st - World Superbike Championship

Sumber= http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5587924

Alasan Mengapa Stadion Sepak Bola di Inggris Tidak Menggunakan Pagar Pembatas

Jumat, 29 Oktober 2010

Selain dikenal dengan Kick And Rush nya, Liga Inggris dikenal dengan kualitas lapangan nomor wahid. Dan satu lagi, stadion - stadion di Inggris ternyata nggak punya pagar pembatas antara tribun penonton dengan lapangan. Dan yang lebih hebatnya lagi, jarak bangku penonton dengan lapangan gak lebih dari 5 meter. Kenapa bisa begitu?


http://img41.imageshack.us/img41/9310/ligainggris.jpg
 
Ternyata hal tersebut diberlakukan bukan karena penonton Liga Inggris pada baik dan tertib, tapi karena penonton pada bengal dan brutal. Lhooo..kok bisa? Penonton nya brutal kok ga dikasih pagar pembatas? Ini dia sejarahnya dan alasannya . . .
 
 
Anda pasti sudah tahu dengan kerusuhan yang dilakukan supporter Liverpool di Belgia sewaktu final Liga Champions lawan Juventus. Kerusuhan yang terjadi 29 Mei 1985 yang kemudian dikenal dengan Tragedi Heysel ini memakan korban jiwa 39 orang.

Tragedi tersebut berdampak besar bagi sepakbola Eropa. Ada kesalahan tentu ada sanksi. Soal kerusuhan dan pelanggaran, Eropa paling tegas. UEFA akhirnya melarang Liverpool main di Eropa selama 5 tahun. Dan uniknya, FA (Konfederasi Sepakbola Inggris) malah ikut - ikutan nambahin hukuman.

Dan yang lebih unik, bukan cuma Liverpool, tapi semua klub Inggris nggak boleh main di luar Inggris selama 5 tahun! Dan yang paling unik, ternyata gak ada protes dari klub-klub yang kena sanksi.

“Lho Liverpool yang salah, kok gue kena getahnya?” mungkin begitu celoteh klub-klub Inggris tersebut. Semua pasrah. Ulah fans Liverpool saat itu yang mabuk berat dan berkategori hooligans benar-benar menampar muka sepakbola Inggris. Namun begitu semua klub sepakat introspeksi.

Hukuman FA nggak berhenti di situ. Ada banyak perubahan parameter keamanan lainnya. Yang paling mencolok adalah menghilangkan pagar pembatas tribun penonton dan lapangan serta nggak boleh lagi ada tribun kelas berdiri (tanpa kursi) di seantero Inggris. Di Eropa, cuma Inggris yang nggak menjual tiket tanpa kursi.
 
 
FA sempat dikecam oleh publik sepakbola Inggris, bahkan Eropa. Jelas banyak yang sewot karena tiket berdiri harganya murah meriah. Dan hal yang dianggap paling gila adalah menghilangkan pagar pembatas. Ada pagar aja rusuh, apalagi ompong melompong? 

Tapi buat FA, kelas suporter berdiri justru pusatnya biang kerok. Jadi, sekarang ini semua stadion di Inggris tanpa pagar dan tidak menjual tiket bernomor kursi. FA memang organisasi berpengalaman. Ide mereka ternyata berhasil.

Hilangnya pagar pembatas justru membuat dewasa suporter Inggris. Karena FA juga mencatat identitas penonton yang masuk stadion. Sekali bikin rusuh, si suporter bakal di-banned masuk stadion di seluruh Inggris untuk beberapa tahun, bahkan selamanya. Di dalam stadion juga nggak boleh terlihat pasukan polisi alias harus menyamar.
 
 
Dengan aturan tersebut, bukan berarti sepakbola Liga Inggris 100% aman.  Penggemar Setan Merah pasti tidak akan lupa dengan “tendangan kung fu” Eric Cantona kepada suporter Crystal Palace di pinggir lapangan.

Atau The Kop masih ingat dengan insiden masuknya balon ke lapangan yang dilemparkan seorang remaja yang akhirnya membuat liverpool kalah dari Sunderland.
 

Terlepas dari hal itu, rasanya kita wajib mengacungkan 2 jempol untuk keberanian FA dan sikap dewasa para suporter Liga Inggris yang dulu sering bikin orang resah, sekarang justru relatif lebih santun. Kalau misalkan hal serupa diterapkan di Liga Indoensia, apa yang kira-kira bakalan terjadi ya?


Sumber :
www.kaskus.us

Top 10

WOW...!!!

 

Search

+1