Usia
Kemarin di sebuah angkot saya bertemu dengan seorang lanjut usia. Tiba-tiba fikiran saya menyelusup begitu saja memasuki kedalaman otak bagian yang ngomongin psikologi di usia yang sudah senja, kira-kira apa yang orang-orang fikirkan? Saya sendiri sih rasanya belum pernah berandai-andai bagaimana hari tua saya nanti.
Apakah mereka ketakutan akan datangnya nafas terakhir? Apakah mereka melakukan hal yang paling baik yang mereka bisa usahakan demi mendapat hasil yang baik pula di kehidupan mereka selanjutnya? Atau mereka memanfaatkan waktu yang tersisa untuk melakukan apapun yang mereka inginkan selagi ada kesempatan?
Lalu mata saya kembali menatap refleksi diri pada cermin di depan. ‘Jangankan nenek itu, saya pun bisa berakhir dimana saja.’
Jadi, saya berfikir dengan pandangan saya sendiri. Jika saya ditanya apa yang sedang saya lakukan dengan hidup saya ini yang kapan-kapan akan berakhir, saya akan malu untuk menjawab “I’m not doing anything.” Kesempatan dalam bentuk apapun yang diberikan harus kumanfaatkan dengan baik. Jangan sampai menyesal… jangan sampai menyesal… jangan sampai menyesal… begitu saya berbisik untuk mendorong diri sendiri.
Semoga saya bisa melakukan semua hal yang baik yang bisa memuliakan dan mempermudah segala jalan saya menuju hal yang baik pula.
Usia bukanlah semata-mata jumlah angka yang pernah ditempuh dalam satu kehidupan. Tak peduli usia banyak atau usia sedikit ( tua atau muda maksudnya :D ). Maka bagi saya, USIA adalah keberartian jangka waktu yang dipercayakan Tuhan pada kita.
Ah, mudah-mudahan saya dapat selalu mengingat itu untuk selalu menjadi baik.